Dua puluh lima tahun yang lalu, di sebuah kamar sempit di pinggiran kota Bandung saya ngobrol dengan seorang kenalan yang baru saja selesai melaksanakan UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri), sekarang dikenal sebagai SBMPTN. Saya bertanya, jurusan atau fakultas apa yang dia pilih. Antropologi, jawabnya dengan mantap. Saya cukup kagum juga, karena jarang sekali waktu itu anak muda seusia saya yang tertarik pada ilmu sosial budaya seperti Antropologi. Sebagian besar anak-anak sekolah di Bandung berlomba-lomba ingin masuk ITB.
Ketika saya tanya kenapa memilih Antropologi, ia dengan semangat menjelaskan bahwa ia sangat menyukai dan penuh keingintahuan tentang perbintangan dan alam semesta. Tahu goreng dan cengek yang saya kunyah hampir muncrat rasanya dari mulut. Saya yakin, ia sebetulnya ingin kuiah di jurusan Astronomi, bukan Antropologi.
Bagi sebagian orang, ternyata istilah Astronomi dan Antropologi bisa membingungkan dan susah dibedakan. Demikian juga mungkin istilah-istilah di dunia investasi dan keuangan.
Anda pasti pernah mendengar istilah Fund Manager, dan di beberapa tulisan di FrindosOnFinance.com saya juga berbicara tentang fund manager. Anda juga mungkin mulai sering mendengar tentang Wealth Manager atau Wealth Management. Lalu apa bedanya antara Fund Manager dan Wealth Manager?
Wealth Manager Cukup Berbeda dengan Fund Manager
Wealth Manager dan Fund Manager walau terdengar mirip sebetulnya cukup berbeda, walau tidak terlalu berbeda seperti Antropologi dan Astronomi. Fund Manager, seperti kita tahu adalah profesional investasi yang menginvestasikan atau mengelola dana nasabah pada berbagai macam instrument investasi di pasar keuangan, misal saham, obligasi, mata uang, instrumen derivatif, dan lain-lain.
Fund Manager melakukan riset, analisa, dan membuat keputusan investasi, berdasarkan mandat dari klien atau fund yang dia kelola, dan kemudian melakukan eksekusi terhadap keputusan investasi tersebut. Klien fund manager bisa saja orang-perorangan, tapi biasanya institusi seperti dana pensiun, perusahaan asuransi, bank sentral, sovereign wealth fund, pooling fund seperti reksadana, atau bisa juga perusahaan fund management lainnya.
Wealth Manager, di sisi lain, memberikan nasihat/advice secara luas tetapi high level pada nasabah individu atau perorangan dalam merancang dan mengelola harta nasabah dengan memperhatikan kondisi keuangan dan rencana keuangan nasabah. Wealth manager akan mempertimbangkan aspek-aspek seperti kondisi dan rencana personal nasabah, rencana pensiun, aset yang dimiliki, penghasilan, serta juga melihat aspek seperti perpajakan, dan lain-lain.
Wealth manager akan memberikan nasihat atau rekomendasi investasi berdasarkan situasi nasabah tadi. Rekomendasi tersebut biasanya berbentuk dalam sebuah “portofolio” instrumen keuangan, seperti investasi di reksadana, asuransi, program pensiun, mata uang asing, dan lain-lain. Rekomendasi bisa juga mencakup aset non-keuangan seperti properti. Wealth Manager biasanya tidak merekomendasikan spesifik saham. Wealth manager juga tidak membuat keputusan investasi atau mengelola secara langsung dana nasabah, karena itu adalah expertisenya Fund Manager.
Dalam prakteknya, Wealth Manager mungkin tidak memberikan rekomendasi yang komprehensif, mungkin hanya terbatas pada produk yang tersedia pada perusahaan di mana Wealth Manager bekerja. Di Indonesia, Wealth Manager biasanya bekerja pada bank, yaitu di bawah divisi Wealth Management. Pada sebagian besar bank di Indonesia, wealth management merupakan divisi yang relatif baru dan terus berkembang.
Wealth Manager dan Financial Planner
Apakah Wealth Manager sama dengan Financial Planner atau Perencana Keuangan? Ya, ada kesamaan secara prinsip. Perbedaannya, jika wealth manager biasanya bagian dari bank (divisi wealth management company), Financial Planner biasanya adalah partnership beberapa individu atau perusahaan kecil. Dengan demikian financial planner tidak memiliki akses terhadap produk, expertise, dan sumber daya yang dimiliki bank. Financial planner, di sisi lain, mengklaim bahwa mereka lebih independen dari wealth manager karena tidak menjadi bagian dari perusahaan besar seperti bank.
Di beberapa neagara di luar negeri, istilah financial planner biasanya ditujukan bagi profesional keuangan yang memberi jasa bagi masyarakat luas atau kelas menengah. Sementara wealth manager mentargetkan kalangan lebih berpunya, dan ini dimungkinkan karena biasanya wealth manager bagian dari perusahaan keuangan besar seperti bank ataupun invesetment bank. Profesional keuangan yang menangani nasabah yang dengan kekayaan yang lebih besar lagi, biasanya disebut Private Banker. Di bank atau institusi keuangan lainnya, Private Banking bisa menjadi divisi yang berbeda dari Wealth Management, atau bagian dari Wealth Management Division, yang khusus menangani High Networth Individual (HNWI) atau Ultra HNWI.
Lalu bagaimana dengan seseorang yang anda temui dan memiliki karir sebagai Financial Consultant atau Financial Advisor. Istilah ini biasanya dipakai sebagai istilah generik untuk semua profesi yang berkaitan dengan penasihat keuangan. Tapi saat ini, terutama di Indonesia, Financial Consultant biasanya adalah penasihat keuangan yang bekerja secara ekslusif untuk menjual produk perusahaan keuangan tertentu, misalnya perusahaan Asuransi Jiwa.
Investment Manager? Portfolio Manager?
Saya percaya sebagian mungkin bertanya-tanya, lalu bagaimana dengan Investment Manager atau Portfolio Manager? Apakah mereka juga berbeda dari Fund Manager. Dan bagaimana dengan Asset Manager atau Money Manager.
Fund Manager = Investment Manager = Asset Manager = Portfolio Manager = Money Manager
Meskipun ada yang membedakan istilah-istilah di atas, tapi pada dasarnya semuanya adalah sama, Fund Manager = Investment Manager = Asset Manager = Portfolio Manager = Money Manager. Walau, istilah yang paling populer adalah Fund Manager atau Manajer Investasi dalam bahasa Indonesia.
Jadi, untuk adik-adik yang ingin berkarir di bidang investasi dan keuangan, perlu diperhatikan bahwa Fund Manager dan Wealth Manager cukup berbeda. Meskipun tidak ada sebuah profesi yang lebih baik dari profesi lainnya, tapi terus terang untuk menjadi Fund Manager jauh lebih kompetitif dan memerlukan kualifikasi yang ketat. Dan, biasanya memiliki kompensasi finansial yang lebih baik juga. Tapi saya juga banyak mengenal Wealth Manager yang sukses secara karir dan finansial.
Kembali ke teman lama saya di Bandung tadi. Kami bertemu lagi waktu pengumuman hasil UMPTN, ia cukup sedih mengabarkan bahwa ia gagal diterima. Walau terbawa suasana sedih, sebetulnya saya cukup lega. Karena tidak terbayangkan kalau ia diterima di jurusan Antropologi sementara ia sebetulnya ingin belajar tentang perbintangan.
Belakangan, saya malah mikir, belum tentu juga sebetulnya ia ingin belajar Astronomi, bisa jadi yang ia maksudkan adalah Astrologi. Ya, sudahlah, lieur aing.
BACA JUGA:
— Memahami Situasi Perekonomian Indonesia Saat Ini
— Louis Vuitton dan Hermes Hanya Jual Merek?
— Ke(tidak)sempurnaan Seorang Pemimpin
Salam, RF – www.FrindosOnFinance.com
Feel free to share with buttons below. Thank you.