B
eberapa waktu lalu di dalam gerbong MRT Singapura saya melihat poster-poster tentang seminar keuangan dan investasi. Terlihat foto dan nama Robert Kiyosaki penulis buku keuangan yang sangat populer. Juga beberapa nama lain, walau saya tidak pernah tahu nama mereka, sepertinya mereka adalah pembicara personal finance yang terkenal juga.
Setiap melihat iklan mengenai seminar keuangan personal (personal finance), saya selalu membayangkan orang-orang yang ingin mendapatkan tips atau trik investasi atau pengelolaan keuangan yang mangkus atau bahkan ajaib, yang memungkinkan mereka untuk mendapat sumber pendapatan tambahan. Dan, tak sedikit berharap mendapatkan trik untuk membantu mereka mencapai kebebasan finansial alias kemerdekaan finansial (financial freedom).
Banyak pembicara atau penyelenggara seminar keuangan personal, sepertinya menangkap impian atau bahkan obsesi banyak orang tentang kebebasan finansial ini. Berbagai buku atau seminar mencoba membahas topik ini, kadangkala dengan judul yang sangat fantastis, dengan tips yang sepertinya gampang dilaksanakan.
Btw, apa sih kebebasan finansial itu? Kebebasan finansial biasanya dikaitkan dengan dua hal ini: pensiun muda dan passive income. Kebebasan finansial artinya seseorang memiliki kemampuan finansial yang cukup sehingga tidak perlu lagi bekerja hingga akhir usia. Dan kemampuan finansial ini didapatkan dari passive income, yaitu pendapatan dari aset atau bisnis yang dimiliki.
Ada pameo yang sangat populer: jangan bekerja untuk uang, tapi biarkan uang bekerja untuk kita. Uang bekerja untuk kita, itulah prinsip dasar passive income yang sering digemar-gemborkan untuk mencapai kebebasan finansial. Lalu, berbagai produk dan layanan investasi, skema bisnis, atau bahkan profesi dijual dengan janji passive income dan mencapai kebebasan finansial.
Anda mungkin pernah ditawarkan produk properti atau keuangan tertentu untuk mendapatkan passive income atau mencapai kebebasan finansial. Atau kalau tidak berkenan, anda ditawarkan menjadi member atau agen produk tersebut, dengan iming-iming yang sama: passive income dan kebebasan finansial. Berbagai skema MLM pun seringkali datang dengan janji passive income, pendapatan abadi, dan tentunya kebebasan finansial.
Siapa yang Butuh Kebebasan Finansial?
Suatu hari saya membuka lembaran sebuah majalah tentang orang-orang terkaya dunia, termasuk juga list orang-orang terkaya di Indonesia. Jelas, mereka memiliki kemampuan keuangan yang luar biasa. Namun, saya perhatikan baik-baik, tak satu pun dari mereka yang memilih untuk pensiun. Entah itu anak muda seperti Mark Zuckerberg, pendiri Facebook yang baru berusia 33 tahun, mau pun “kakek” Warren Buffett yang telah berusia 87 tahun. Saya juga seringkali melihat pengusaha-pengusaha terkenal Indonesia, seperti Mochtar Riady dan Ciputra yang seusia Warren Buffett, masih aktif dalam berbagai aktivitas bisnis mau pun non bisnis.
Lalu, saya mencoba melihat di sekitar saya. Teman-teman dan kerabat saya sebagian besar masih bekerja atau berusaha seperti biasa. Benar, sebagian dari mereka berharap bisa memiliki kebebasan finansial segera dan bisa pensiun lebih awal. Tapi, sejauh ini hampir tidak ada dari mereka yang sudah mencapai impian tersebut, kecuali mungkin yang sudah mendekati usia pensiun, atau memang terpaksa mempensiunkan diri.
Namun, ironisnya orang-orang yang saya kenal dan memiliki kemampuan finansial jauh lebih dari cukup, masih berkerja dan berusaha seperti biasa, penuh aktivitas, dan jarang saya dengar keinginan mereka untuk segera pensiun.
Sepertinya ada kontradiksi di sini, kita yang memiliki kemampuan finansial secukupnya, terobsesi untuk memiliki kemampuan finansial yang lebih baik, dan kadang termakan janji-janji yang tidak realistis untuk mencapai kebebasan finansial yang diimpikan tersebut, dengan harapan untuk segera mencapai kebebasan finansial dan berhenti bekerja. Sementara, di sisi lain, orang-orang yang memiliki kemampuan finansial yang jauh dari cukup sepertinya tidak terlalu memikirkan kebebasan finansial atau pensiun, meski mereka secara teori telah mencapai kebebasan finansial.
Saya jadi berfikir, apakah pensiun dini dan kebebasan finansial itu itu hanya sebuah mitos, atau sangat jarang terjadi dan cenderung terjadi secara random.
Saya juga bertanya-tanya, apakah sebetulnya yang kita inginkan dengan kebebasan finansial? Apakah benar finansial atau uang adalah satu-satunya kendala bagi kita untuk mencapai “kebebasan” tersebut?
Jika saya telaah lebih jauh lagi, sebagian besar dari kita memimpikan kebebasan finansial dan pensiun dini karena membayangkan bisa terbebas dari tekanan pekerjaan sekarang, termasuk orang-orang dalam lingkup pekerjaan kita, entah atasan, rekan kerja, klien, dan lain-lain. Dan, tentu, kita juga membayangkan akan memiliki waktu yang cukup untuk diri sendiri dan keluarga jika tidak harus bekerja lagi.
Oleh karena itu kita berusaha sekeras mungkin mengumpulkan penghasilan atau uang sebesar mungkin, mencari pekerjaan sampingan yang memberikan tambahan penghasilan dan/atau menginvestasikan uang yang kita miliki untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya agar kita terbesar dari tekanan yang kita hadapi sekarang dan melangkah memasuki era kebebasan finansial, kemerdekaan finansial.
Semakin kita bekerja keras, semakin kita tertekan dan ingin segera lepas dari semuanya ini, semakin terdesak kita untuk mencari alternatif pekerjaan yang “mudah” tapi dengan potensi penghasilan yang besar, semakin tergiur kita pada investasi atau skema yang berjanji akan memberikan hasil sebesar-besarnya. Dalam kondisi yang galau ini kita rawan “digoda” oleh pihak-pihak yang ingin mengeksploitasi kita, secara keuangan.
Dan seringkali kita lupa atau pura-pura lupa, bahwa hidup tidak dapat berserah pada keajaiban. Tidak ada tongkat ajaib dalam berinvestasi dalam menambah penghasilan. Setiap peluang investasi harus dicermati dengan baik skemanya, risikonya, biayanya. Setiap peluang pekerjaan, meskipun hanya pekerjaan sampingan, membutuhkan usaha dan kerja keras. Jika tidak, kita bisa terjebak dalam risiko yang besar, atau kita terjebak dalam melakukan sesuatu yang tidak etis atau bahkan ilegal (dan tentu sangat berisiko).
Memang, tidak salah jika kita mengharapkan keajaiban, semua orang bebas bermimpi. Tapi jika kita semata-mata berharap pada keajaiban, kita juga harus siap-siap dengan bencana yang dapat menimpa. There is no free lunch, bro, kecuali untuk gelandangan di jalanan, dan kita bukan gelandangan.
Kebebasan Finansial atau Terbebas dari Tekanan Pekerjaan?
Kembali lagi pada pertanyaan mendasar kita, apakah benar finansial adalah isu utama di sini? Bisa jadi, tetapi mungkin tidak sepenuhnya. Jika finansial adalah segala-segalanya, maka orang-orang kaya yang kita tahu mungkin semuanya akan berhenti bekerja dan berusaha, sibuk traveling ke sana sini atau main catur di teras rumahnya.
Tetapi, isunya mungkin sekedar, kita tidak menikmati pekerjaan yang kita miliki sekarang, organisasi atau lingkungan tempat kita bekerja sekarang. Saya menemukan banyak teman yang mengeluh tentang beratnya pekerjaan, dan berencana untuk melakukan pensiun dini. Namun, beberapa tahun kemudian mereka bekerja seperti biasa dan tidak pernah berbicara lagi tentang pensiun dini. Kok bisa? Seperti yang Anda tebak, mereka telah memiliki pekerjaan yang mereka lebih nikmati, mungkin karir yang lebih baik.
Sepertinya yang kita inginkan bukanlah kebebasan finansial, tetapi kebebasan untuk terlepas dari tekanan-tekanan yang kita hadapi saat ini di dunia kerja, kebebasan untuk melakukan sesuatu yang kita inginkan, kebebasan untuk menjadi seseorang yang kita inginkan. Mungkin sebagian keinginan itu riil, tapi seringkali ini adalah isu jangka pendek, yang harus diatasi secara taktis, tidak mesti dengan lari dari situasi, dan melompat jauh menggapai angan-angan so-called kemerdekaan finansial.
Sebagian kasus, sepertinya berkaitan dengan krisis usia pertengahan, ketika orang-orang yang mulai menyentuh usia 40-an tahun mereview dan memikir ulang tentang perjalanan hidupnya. Mimpi-mimpi masa kecil muncul kembali, ketika kekecewaan dalam pekerjaan dan karir makin memuncak.
Bagaimana kalau Anda tidak memiliki isu yang besar dalam dunia pekerjaan, karir dan gaji secukupnya, tapi tetap memimpikan kebebasan finansial? Kemungkinan besar itu artinya Anda pemalas saja 🙂
Jadi, sangat mungkin isunya bukan finansial. Itulah sebabnya orang-orang yang sukses dalam karir dan bisnisnya, orang-orang yang menikmati pekerjaannya, jarang berbicara tentang kebebasan finansial, ada kebebasan yang lebih hakiki dari kebebasan finansial.
Jika isu utamanya adalah pekerjaan yang tidak sesuai, perusahaan yang kurang baik, atasan yang tidak menyenangkan, fokus kita seharusnya adalah berfikir tentang pekerjaan yang lebih sesuai, bukan memforsir diri mencari penghasilan sebanyak mungkin agar bisa segera terlepas dari semua ini, dengan cara-cara yang mungkin sangat berisiko, for your own money, health, and mind.
Jika benar-benar isunya adalah finansial, kadangkala hal itu dapat di atasi tanpa mengambil risiko dengan mencari penghasilan tambahan. Barangkali cukup dengan sekedar mengurangi kebutuhan terhadap uang. Menjadi lebih bijak dan jujur pada diri sendiri, bahwa pengeluaran yang lebih tepat bagi kita adalah tidak sebesar yang saat ini kita keluarkan, tidak sebesar yang saat ini kita bayangkan.
Bisa jadi, Anda besok pagi bisa “merdeka” secara finansial, atau setidak-tidaknya merasa plong, hanya dengan memutuskan merubah gaya hidup Anda dan mengurangi pengeluaran. Anda dengan sendirinya terbebas dari tekanan finansial, yang ternyata sebelumnya Anda ciptakan sendiri.
Namun, bukan berarti mencari dan memahami tentang pengelolaan keuangan pribadi tidak penting. Justru sebaliknya, itu merupakan sebuah keniscayaan bagi kita semua manusia dewasa.
Hargailah Jerih Payah Anda dengan Belajar Keuangan dan Investasi
Pengetahuan tentang pemahaman keuangan personal, tentang perencanaan keuangan, tentang investasi, merupakan hal yang sangat penting. Uang bukan segala-galanya, namun kita jangan naif, uang telah menjadi “token” untuk banyak kebutuhan kita, alat dalam membantu mencapai kebutuhan kita dalam era modern ini.
Uang yang Anda peroleh dengan susah payah dan berdarah-darah, demi mimpi masa depan Anda, dan juga orang-orang yang Anda cintai, harus dijaga sebaik mungkin, dimaksimalkan sebaik mungkin, dan jangan dibiarkan disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Hargailah jerih payah Anda dengan meluangkan waktu untuk belajar memahami tentang keuangan personal dan investasi.
Pemahaman terhadap hal-hal dasar mengenai keuangan personal dan investasi juga akan membantu Anda terhindar dari godaan dan jebakan, serta iming-iming kebebasan finansial, yang seolah-olah dengan gampang memberikan solusi atas semua permasalahan. Tentu, pada akhirnya, akan lebih baik jika Anda serahkan pengelolaan aset Anda pada pihak yang tepat dan berkompeten di bidangnya dengan biaya yang masuk akal.
Dan, jangan lupa, berkah paling besar yang kita peroleh dalam beberapa dekade terakhir adalah peningkatan kesehatan dan angka harapan hidup. Secara rata-rata, kita diperkirakan bisa hidup jauh lebih lama dari orang tua atau kakek nenek kita dahulu, mungkin tambahan usia 15-20 tahun, insya Allah.
Namun, dibalik berkah tersebut, artinya kita juga harus yakin bagaimana kita mengisi dan menikmati waktu yang lebih panjang tersebut. Dan, suka tidak suka, kita akan butuh biaya yang lebih besar. Tidak usah jauh-jauh, di negara tetangga kita, Singapura, supir taksi masih dibolehkan untuk melanjutkan karir mereka hingga usia 75 tahun. Sementara kita ingin pensiun di usia 35, 40, atau bahkan 45 tahun? Yang bener…
BACA JUGA:
— Mitos Sharing Economy dan Perusahaan Teknologi
— Ke(tidak)sempurnaan Seorang Pemimpin
— Menyoal Suku Bunga Kredit yang Tinggi
— Black Monday: Ketika Awan Hitam Menyelimuti Bursa
Salam, RF – www.FrindosOnFinance.com