Ada Apa Dengan China — dan Australia

Terbang dengan pesawat jet komersial dari Sydney ke Beijing memakan waktu setidak-tidaknya 12 jam, melintasi lautan luas dan berbagai negara sepanjang 9.000 km. China atau RRC adalah negeri yang sangat jauh bagi Australia. Tapi, bagi pemodal yang berinvestasi di pasar modal Australia dan terutama di mata uang AUD (Australian Dollar), memahami apa yang terjadi di China tak kalah pentingnya dengan apa yang terjadi di Australia sendiri.

Coba kita tengok grafik di bawah, yaitu grafik PMI China dan AUD. PMI (Purchasing Manager Index) adalah survey tentang aktivitas ekonomi terutama dari industri manufaktur, tetapi juga mengikutkan sektor jasa.

bahwa PMI di RRC bergerak kurang lebih seiring dan seirama dengan AUD, mengindikasikan bahwa aktivitas ekonomi di RRC seara signifikan mempengaruhi pergerakan AUD. Tidak hanya itu, PMI China cenderung menjadi leading indicator, dalam kata lain pergerakan AUD mengikuti pergerakan PMI di RRC. Kok bisa?

Di tulisan beberapa waktu yang lalu saya pernah membahas bahwa perekonomian dan terutama kinerja mata uang Australia, AUD, sangat tergantung pada harga dan permintaan komoditas dunia terutama bijih besi (iron ore) dan batu bara. Kita juga tahu, bahwa mayoritas ekspor Australia adalah komoditas, terutama komoditas industri (industrial metal), meskipun secara umum harga komoditas mengelami penurunan dalam beberapa tahun terakhir.

Pertanyaannya, negara manakah di dunia yang paling banyak mengkonsumsi komoditas iron ore dan batubara? Gambar berikut memberikan jawaban yang sangat gamblang.

Lalu bagaimana dengan batubara, siapa konsumer terbesar di dunia?

“Kesimpulannya sederhana, eskpor Australia tergantung pada permintaan iron ore dan batu bara  dunia. Permintaan iron ore dan batu bara dunia tergantung pada RRC sebagai konsumer terbesar. Artinya, ekspor Australia sangat tergantung pada RRC. As simple as that.”

Grafik berikut, yang memetakan komposisi ekspor Australia,  mengkonfirmasikan hal tersebut,  RRC adalah destinasi ekspor utama Australia. Negara tujuan ekspor terbesar Australia berikutnya adalah Jepang dan Korea Selatan, yang nota bene kinerja ekonominya juga tergantung banyak pada China.

Keterkaitan Australia terhadap RRC secara ekonomi tidak hanya di bidang pertambangan. RRC, misalnya, juga merupakan investor asing terbesar di pasar properti Australia, terutama Sydney. Berdasarkan data FIRB Australia, investasi properti China di Australia, tiga kali lebih besar dari Amerika Serikat yang berada di urutan berikutnya. Turis China juga membludak ke Australia. Diperkirakan tahun 2017 ini jumlah turis China yang mengunjungi Opera House di Sydney, Gold Coast di Queensland, Uluru di Northern Territory, dan tujuan wisata Australia lainnya, akan melebihi jumlah turis dari negara tetangga Australia sendiri, Selandia Baru.

Australia juga merupakan salah satu destinasi studi bagi mahasiswa di seluruh dunia, dan saat ini mahasiswa dari RRC mendominasi pelajar asing yang ada di Australia.

Australia, terutama dalam satu dekade, telah menikmati berkah dari boomingnya perekonomian China. Namun ini juga menimbulkan kontroversi, kekhawatiran atas ketergantungan pada China, dan kemungkinan China mempengaruhi situasi sosial dan politik Australia. Sebagian warga Australia juga mengeluh bahwa harga properti makin tidak terjangkau karena banyaknya pembelian properti oleh warga China. Bahkan, beberapa rencana perusahaan China untuk membeli aset dan perusahaan Australia belakangan ini dicegah oleh pemerintah Australia.

Sebelum saya tutup, mari kita amati grafik terakhir ini. Grafik ini menggambarkan pertumbuhan aktivitas Investasi sektor riil di China dengan harga iron ore dunia, komoditas utama Australia. Terlihat bahwa anjloknya harga iron ore dunia dalam beberapa tahun terakhir disebabkan oleh melesunya aktivitas investasi riil (FAI = fixed asset investment) di China, seperti pembangunan properti dan infrastruktur, yang membutuhkan baja dan iron ore sebagai bahan bakunya.

Memang, dalam setahun dua tahun terakhir harga iron ore dunia sedikit membaik, meskipun belum banyak peningkatan dalam aktivitas investasi riil China. Hal ini  disebabkan oleh faktor supply. Pemerintah China memerintahkan perusahaan-perusahaan negara untuk memotong produksi beberapa bahan material dan tambang, termasuk iron ore, karena kondisi overcapacity. Tetapi ini juga tidak mampu menopang akselerasi harga iron ore dunia secara berkelanjutan.

Bottom line, ekspor Australia sangat bergantung pada komoditas. Sementara permintaa komoditas dunia, terutama yang diproduksi Australia sangat bergantung pada RRC. Jadi, Australia secara ekonomi sangat bergantung pada RRC. Dan, di pasar keuangan hal ini direfleksikan oleh pergerakan AUD, dollar Australia.

Baca juga: Mitos Sharing Economy dan Perusahaan Teknologi

Baca juga: Pertarungan Antara Samurai vs Shogun di Dunia Obligasi

Salam, RF – www.FrindosOnFinance.com

Feel free to share with buttons below. Thank you.