Seperti kita ketahui, memprediksi pergerakan mata uang bukanlah pekerjaan yang gampang, dan sebagian besar orang gagal melakukannya. Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan mata uang, dan relevansi serta korelasinya pun berubah-rubah. Secara umum, pergerakan kurs mata uang dipengaruhi oleh lalu lintas devisa/mata uang asing ke negara yang bersangkutan.
Kita pernah bahas sebelumnya, bahwa lalu lintas devisa ini antara lain — dan utamanya –tergantung pada kinerja ekspor dan impor, dan juga aliran investasi keluar masuk negara tersebut. Karena ekspor bagi banyak negara merupakan sumber devisa utama, maka karakteristik atau jenis ekspor negara itu akan mempengaruhi kurs mata uangnya. Negara-negara yang kaya dengan sumber daya alam, misalnya, kinerja ekspor mereka akan tergantung pada harga dan permintaan dunia atas komoditas yang mereka produksi. Artinya, kinerja mata uangnya tergantung juga sangat bergantung pada harga komoditas andalan mereka.
Dalam dunia perdagangan mata uang global dikenal istilah commodity currency, yaitu mata uang negara-negara produsen komoditas. Meskipun banyak negara-negara yang ekspor dan perekonomiannya tergantung pada komoditas, dalam perdangangan FX dunia, commodity currency biasanya mengacu pada beberapa mata uang negara maju (dan relatif maju) berikut:
- AUD – Australian dollar — dengan komoditas andalan: Iron ore (bijih besi), batu bara
- CAD – Canadian dollar — Minyak bumi
- NZD – New Zealand dollar — Komoditas pertanian dan peternakan, terutama susu dan turunannya
- NOK – Norwegian krone — Minyak dan gas bumi
- ZAR – South African rand — Emas, platinum, berlian
- BRL – Brazilian real — Kedelai, bijih besi, minyak bumi
- RUB – Russian ruble — Minyak dan gas bumi
- CLP – Chilean peso — Copper/tembaga
Trader atau analis mata uang akan senantiasa memonitor pergerakan dan prospek harga komoditas masing-masing negara di atas dalam strategi trading atau investasi mereka. Akan tetapi ketergantungan ekspor negara-negara tersebut di atas terhadap komoditas juga bervariasi, yang berpengaruh juga sejauh mana korelasi antara pergerakan harga komoditas dan pergerakan mata uangnya.
Afrika Selatan, misalnya, sangat dikenal sebagai produsen utama emas dunia. Tapi saat ini emas hanya mencakup 10%-15% dari total ekspornya, walau jika digabung dengan platinum mencapai 20%-25%. Sama halnya dengan Canada, minyak dan gas bumi hanya sekitar 15% dari total ekspornya.
Sementara Chili, yang memproduksi sepertiga dari tembaga dunia, separuh dari ekspornya merupakan produk tembaga. Demikian juga Norwegia dan Rusia, sekitar separuh dari ekspor dua negara ini berhubungan dengan minyak dan gas bumi.
Contoh Korelasi Antara Harga Komoditas Utama dan Kurs Mata Uang
Di bawah kita coba membandingkan pergerakan harga komoditas ekspor utama suatu negara dengan pergerakan mata uangnya.
Rusia
Ekspor Rusia sangat didominasi oleh minyak dan gas bumi. Grafik di bawah memperlihatkan hubungan antara Ruble Rusia (RUB) dengan proxy harga minyak dunia (brent oil). Terlihat pergerakan yang seirama antara minyak dunia dan Rubel, walau tentu korelasinya tidak sempurna, karena banyak faktor lain yang mempengaruhi kurs Ruble.
Brazil
Komoditas ekspor utama Brazil adalah soybean/kedelai dan produk terkait. Walau hanya meliputi sekitar 15% dari total ekspor Brazil, korelasinya dengan BRL (Brazilian Real) cukup kuat. Karena, harga komoditas Brazil lainnya, terutama komoditas pertanian lainnya, berkorelasi juga dengan harga soybean.
Chile
Seperti kita ulas di atas, perekonomian Chile sangat tergantung pada ekspor tembaga. Berikut perbandingan pergerakan mata uang CLP (Chilean Peso) dengan proxy harga tembaga.
Komposisi Ekspor Negara Commodity Currency
Berikut adalah komposisi ekspor dari negara-negara yang mata uangnya dikenal sebagai commodity currency (sumber: OEC, 2015).
Salam, RF – www.FrindosOnFinance.com
Feel free to share with buttons below. Thank you.